Aku dan hidup baruku
Tak terasa bebarapa waktu telah terlewat, setelah
menyelesaikan rancangan hidupku yang sudah apik dan ku rasa luar biasa. Menyusun ini dan itu. Membuat planning tetang satu
tugas ke tugas yang lainnya. Sampai pun tetang rencana besar yang selalu
diidam-idamkan pemuda yang beranjak dewasa.
Aku dan hidup baruku…
Sebuah penataan ulang tetang tujuan dan rancangan
hidup. Berubah 180 derajat dari apa yang diharapkan, dari apa yang pernah
dicita-citakan, dan dari apa yang sudah ter-publish kepada teman-teman dan kerabatku.
Aku dan hidup baruku..
Karena sebuah coretan kecil yang sampai akhir tidak ku
baca, namun telah menggetarkan semesta jiwa yang dipenuhi dengan ego
kekanak-kanakan. Dikala seorang guru sudah menyiapkan pidato yang akan
disampaikan kepada murid dan hadirin yang ada. Sebelum naik ke mimbar dan
menyampaikan ceramahnya, sang guru bertanya kepada murid-muridnya tentang
problematika yang tengah melanda mereka. Yah kebetulan materi yag akan ia
bawakan adalah problematika.
Namun alangkah terkejutnya sang guru bahwa prediksi
dari apa yang akan disampaikan kepada hadirin tidaklah sesuai dengan kenyataan
yang menimpa murid-muridnya.
Sang guru sangat Teheran-heran, bagaimana tidak, dari
sederetan masalah yang dikemukakan olhe sang murid, semuanya berkisaran tentang
problematika pribadi yang sangat egois. Ada yang tidak punya biaya hiduplah,
ada yang kurang ini itulah, ada pula yang terlalu semangat untuk nikah di usia
muda.
Padahal prediksi dari sang guru bahwa sang murid akan peduli dengan isu-isu internasional. Islam mengalami
kemunduran. Ummat dijajah disegala penjuru. Perpecahan yang terjadi di batang
tubuh kaum muslimin. Tidak adanya kesatupaduan antar ummat islam di Mesir, Arab, Indonesia, Afganistan, dan tempat lainnya yang becokol islam terbanyak di dunia. Serta sekelumit masalah dari internal dan
eksternal ummat islam itu sendiri.
Aneh, tak satu pun muridnya yang mempermasalahkan
palestina yang terjajah. Tiada yang menagisi kepergian mujahid di Chechnya.
Pun tak ada yang sakit hati terhadap pembantaian syiah terhadap kaum sunni di
beberapa tempat di dunia ini.
Judul tulisan ini adalah “Engkau Bukan Anak Kecil Lagi”
Yah. Hanya sempat membaca sepersekian dari buku itu,
aku sudah merinding tak karuan. Sebuah pernyataan yang membuat diriku bungkam
tak mampu berkata apa-apa.
“Engkau bukan anak kecil lagi”
Seketika kulihat diriku di dalam cermin. Kudapati
sosok remaja yang berusia 21 atau 22 tahunan. Tengah asyik dengan sederet
kebutuhan pribadi yang ingin dipenuhinya. Mau cari kerja supaya dapat uang. Mau
cepat selesai kuliah supaya dapat jadi pegawai dengan segera, mau nikah di usia dini, dan seabrek
keinginan yang sangat egois dan tak berdalil, mengapa semuanya harus disegrakan.?
“Engkau bukan anak kecil lagi”
Statmen itu terus berputar dalam kepalaku. Bahwa
bukankah aku ini bukan anak kecil lagi?
Lantas mengapa jarang ku berfikir tentang
saudara-saudaraku?
Apakah aku punya nurani yang tersisa di sebalik hati
yang penuh dengan nokta hitam?
Ketika banyak dari teman yang tak hidup nyaman,
beralasakan tanah dan beratap langit di ruang tak berdinding yang terbuka.?
Aku bertanya kepada diri ku.
Masihkan kau mengingkan harta yang melimpah?
Masihkan kau ingin cepat dapat kerja agar dapat
meminang gadis?
Dan pertanyaan lainnya yang terus bermunculan di pikiranku.
Yah, aku ikrarkan bahwa kini “AKU BUKAN ANAK KECIL LAGI!”
Kusingkirkan segala egoisme diri,
Mau dapat kerja...........
Penghasilan yang melimpah...............
Punya rumah (minimal kost2an) yang nyaman dan indah
ditemani sekuntum kembang yang telah di petik dari tangkai orang tua dalam
naungan mahligai cinta bernama keluarga....?
Tidak, tidak ada waktu untuk berangan-angan lagi,
sebab kini KITA BUKAN ANAK KECIL LAGI. Yah, anda, saya, dan kita semua bukan anak
kecil lagi! sekaranglah waktunya untuk kita berkarya untuk islam, untuk ummat
dan untuk tatanan masyarakat yang bertauhid, adil, aman, dan sentosa. kita harus peduli dengan sesama, memerhatikan tetangga yang mungkin kelaparan.
Sekali lagi ku katakana bahwa. KITA BUKAN ANAK KECIL
LAGI.!
Seorang tua berusia 21 atau 22 tahunan
ReplyDeleteSubhanallah..
ReplyDeletetulisan yang memotivasi..