Social Icons

Pages

Labels

Showing posts with label Pejuang. Show all posts
Showing posts with label Pejuang. Show all posts

Friday, May 30, 2014

Berdakwah untuk Merekrut

Ada yang bilang, “Dakwah itu tujuannya hanya menyampaikan kebenaran kepada orang. Mereka ingin ikut atau tidak bukanlah urusan kita. Yang memberikan hidayah kan Allah. Jadi dakwah ini bukanlah ajang rekruitmen.”

Ucapan tersebut mengandung kebenaran yang saya sepakati yaitu, “Yang memberikan hidayah adalah Allah.”



QS. Ibrahim : 4. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“… Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.

Sungguh, Allah-lah pemilik hak hidayah. Bahkan Rasul mulia, Muhammad Sallallahu Alaihi wa Sallam tidak memiliki kemampuan untuk memberikan hidayah kepada orang yang ia cintai, pamannya, Abi Thalib.

QS. Al Qashash : 56, Allah Ta’ala berfirman:
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.

Betapa Rasulullah yang mulia ditegur oleh Allah akan keinginan beliau mendoakan pamannya kiranya diampunkan oleh Allah, begitu pula keinginannya untuk menjadikan pamannya sebagai seorang muslim. Akan tetapi usaha itu tak berbuah sebagaimana yang beliau inginkan, padahal pamannya, Abu Thalib telah membantu dakwah Rasulullah dengan total. Sekali lagi, hidayah milik Allah!

Dakwah bukan Rekruitmen(?)

Friday, October 25, 2013

Desa Metropolitan


Teman, tanggal 15 Oktober 2013 penanggalan masehi, umur hidup ku di sisi Allah sudah genap 22 tahun. Berarti jatah hidup di dunia semakin berkurang. Bukankah kita adalah kumpulan masa? Jika berlalu masa, maka berlalu pula bagian dari diri kita? Tapi kita tidak akan berbicara tentang pribadi saya, tidak sama sekali. Kita sedang akan membicarakan sebuah kejadian yang WOW banget. Apa itu? Tahukah kalian?
Hmn, perjalanan ke Bone. Kala matahari telah tergelincir ke barat, langit-langit biru sedikit demi sedikit menampakkan wajah jingga, pertanda sore kan tiba. Kala kendaraan dengan cepatnya melaju mengejar waktu. Berburu untuk sampai paling dahulu karena tuntutan penumpang yang menggebu-gebu. Tapi aku, santai-santai saja. Berkendara dengan motor pribadi memungkinkan untuk mengatur cepat lambatnya kendaraan. Berhenti tuk istirahat atau tetap melaju dengan resiko lelah dan ngantuk.
Sekali lagi, kisah ini bukan tentang saya. Bukan sama sekali. Ini tentang perjalanan. Apa yang ku saksikan di jalanan pulang ke kampung halaman. Dulu, ada sebuah catatan yang telah ku tulis, “Kugandeng Engkau dalam Dosa” bisa dibaca di assaud.blogspot.com (bukan promosi blog pribadi yah)
Begini saudaraku, asumsi kita bahwa orang desa itu kan sopan-sopan. Kalem. Adem. Ayem. Tapi, tidak dengan zaman sekarang ini, tentu kita tidak mencela waktu sebab ia terlarang untuk dicela. Akan tetapi keadaan masyarakatlah yang kita sayangkan.
Saudaraku, saat sekarang ini, desa sudah menjadi tempat yang mirip kota. Hampir tak ada bedanya. Kita bisa melihat gemerlap lampu di jalan. Kita bisa pula menghirup udara yang dipenuhi dengan kepulan asap berpolusi dan yang tak kalahnya adalah kita pun bisa menyaksikan seorang pemudi melingkarkan tangannya 360 derajat ke pinggang lelaki. Yang ketika kami melihatnya, bisa dipastikan mereka bukanlah suami istri. Bukan pula kakak beradik. Dan pastinya bukan pula anak dan orang tuanya.

Thursday, May 9, 2013

Inilah Pemuda

Malam yang semakin gelap menghitam,
Melewati setiap lorong dedetik di kegelapan,
Pertanda bahwa sang fajar kan segera datang,
Merekahkan jingga di timur langit yang tadinya menghitam.

Matahari pagi menerpakan cahayanya di wajah,
Elokkan rupa manusia yang lepas menunaikan ibadah,
Pun yang segera bergegas tuk urusan cari nafkah,
Tuk bahagiakan anak-anak dan istri-istrinya.

Ada pula pemuda dan pemudi,
Siapkan keperluan tuk studi di kampusnya,
Menuntut ilmu tuk dapatkan sarjana,
Agar kelak dapat berbakti pada orang tua dan negara.

Di pagi itu pula,
Di sudut depan kampus yang hijau nan rimbun,
Adalah surau yang tengah dibersihkan penjaganya,
Agar jamaah tenang  beribadat di dalamnya.

Pekerjanya bukan bapak-bapak paruh baya,
Bukan pula kakek- kakek yang biasa dijumpa di desa,
Mereka adalah pemuda-pemuda,
Yang juga masih gelari diri sebagai mahasiswa.

Kala waktu-waktu lowong tak ada kuliah,
Kau dapati shaf-shaf pertama berjejer mahasiswa,
Kalau bukan ibadat dhuha yang mereka kerja,
Maka pasti kau dengar lantunan tilawah yang menggema.

Mereka tak buang waktu percuma,
Untuk berbicara hal-hal yang tak ada manfaatnya,
Sebab mereka adalah pengurus dakwah,
Baktikan diri tuk muliakan ummat dan agama.

Ada kala pula mereka saling mengajar Quran sama-sama,
Bagi adik-adik mahasiswa yang masih belia,
Tuk memandu belajar makhroj dan tajwid serta tilawah,
Oh... indahnya..

Kala sore mulai menggantikan siang,
Waktu sholat ashar telah terlewatkan dengan sholat jamaah,
Kan kau dengar pengumuman oleh panitia,
Yang selenggarakan taklim sore di surau sana.

Oh.. indahnya...
Taman-taman surga,
Yang tak sembarang orang dapat memasukinya,
Melainkan pilihan-pilihan Allah ta’ala.

Kala malam datang menggantikan sore,
Kau dengarkan suara kendaraan yang siap melaju,
Pertanda waktu sholat isya tlah berlalu,
Siap-siaplah pasti tuk berangkat tarbiyah.

Oh... indahnya...
Pemuda-pemuda yang hatinya terpaut pada masjid,
Yang bersaudara tanpa syarat karena Allah,
Semoga dapat apa yang dijanjikan-Nya.

Pada naungan yang menyejukkan nantinya,
Kala tiada lagi naungan yang akan menaunginya,
Naungan Rabb semesta alam,
Pada mereka yang telah tadi kita ceritakan bersama.

#Menanti Malam Berlalu

Thursday, April 25, 2013

Untuk Kita Yang Tengah Lalai


I           : “Hah, masa sih?”
A          : “Iya, ada”
I           : “Tapi, kok saya kayak tidak percaya yah?”
A          : “Itu sih urusan lho.”
****
A          : “Iya, afwan akh”
I           : “Apa yang perlu dimaafkan?”
A          : “Tidak tahu, apa yah”
I           : “Huh, aneh.”
A          : “He, aneh yah? Hehe.”

Apakah anda pernah mendapatkan contoh kasus seperti diatas? Atau percakapan entah lewat sms atau pesan lainnya. Atau mungkin juga pembicaraan langsung maupun lewat telepon? Ah, ngaku aja, pernah kan? (nggak nuduh, lho, Cuma memastikan aja)
Satu kata, ENJEL (Endak JELas)!

Mungkin ada yang berfikir bahwa percakapan di atas dilakukan oleh laki-laki dan wanita, bukan? Tetapi saya katakan bahwa itu tidak dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, melainkan ikhwah dan akhwat!
Oh, my God! Apa benar itu percakapan ikhwa dan akhwat? Terrible banget sih?”
Ah, nyantai aja lagi nanggapinnya, wong antum-antum sekalian mungkin sudah pada tahu. Mungkin antum-antum membuat-buat tuh ekspresi, iyakan?
****
Saudara(i)ku yang dirahmati oleh Allah.
Kami tidak punya kapasitas untuk mengajari antum sekalian, tidak pula untuk menasihati, melainkan niat kami hanyalah untuk saling mengingatkan sebab barang tentulah antum lebih cerdas dan banyak liqo’ dari pada kami, namun itulah seorang muslim atas muslim lainnya. Saling mengingatkan karenanya ia juga merupakan perintah Allah, Rabbul alamin. Dalam Al Quran Surah adz Dzariyat, Allah Ta’ala menyebutkan kepada kita,
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.”
Sudah pada hafal kan ayat ini? Kan? Iya, namanya juga aktivis, mesti banyak hafal dalil untuk memperkuat hujjah, asal jangan hujjah-hujjjah tersebut menjadi pemberat timbangan kebutukan kita serta menjadi tumpukan dosa yang terus berkepanjangan. Ne?

Sunday, December 16, 2012

KITA DAN JANJI BARU



Hari Pertama Kuliah Intro to ICT di Kampus Parang Tambung

Setelah sekian pekan kuliah di ICT Center Gunung Sari, akhirnya mulai pekan lalu perkuliahan dikabarkan pindah ke Kampus Parang Tambung. Tentunya ini menjadi info yang baik bagi kami. Mahasiswa yang berdomisili di Kampus Parang Tambung. Tidak perlu menarik kocek. Mengeluarkan uang receh untuk biaya pete-pete atau beli BBM di pom bensin pojok jalan Dg. Tata Raya. Asyik. Pemindahannya mulai pekan lalu, namun baru pekan ini -Rabu tanggal 28 November 2012- sempat masuk kuliah. Karena kabar simpang siur masalah perkuliahan hari sabtu –tanggal 24 November 2012-, akhirnya waktu perkuliahan tetap hari rabu waktu yang sama. Ba’da dhuhur. Siang-siang. Panas. ‎Keringat. Lapar. Belum breakfast. Belum lunch. (Sepertinya memang saya yang malas makan. Akhirnya penyakit maag tidak hilang-hilang, malah tambah menjadi-jadi di perut ku yang kempes kering kerontang. Laparlah intinya.)
Sedikit keuntungan karena ruang yang digunakan adalah ruang “eksklusif” milik Prodi Business English, katanya. Namun menyebutnya “eksklusif”, itu pun dengan perbandingan terhadap reruang yang ada di sebaris gedung DH. Bukan eksklusif standar hotel. Clarion pula. Standar mahasiswa, teman. Ruang “ternyaman” yang pernah dirasai di ruang DH.
Sedikit lucu. Setelah mengembara di dunia KKN. Seharusnya aku semakin giat untuk mengurus tugas akhirku. Thesis. Skripsi kata orang Indonesia. Namun ternyata jauh panggang dari api. Ataukah “jauh asap dari apai?” Aku malah sibuk dengan urusan lain. Cuek bebek kepada Usulan Judul. Konsultasi Proposal Penelitian. Ikut ITP. Test TOEFL. Seminar Proposal. Penelitian. Seminar hasil. Ujian akhir. Ujian meja. Wisuda. Foto-foto. LanjutKerja. Nikah. Punya anak. Beli Rumah, dan lain sebagainya. Jauh. Sungguh jauh. Jauh dari semua harapan-harapan dan cita-cita masa lalu. Hehe. Lucu toh?

Sunday, December 2, 2012

KITA DAN JANJI BARU


Hari Pertama Kuliah Intro to ICT di Kampus Parang Tambung

Setelah sekian pekan kuliah di ICT Center Gunung Sari, akhirnya mulai pekan lalu perkuliahan dikabarkan pindah ke Kampus Parang Tambung. Tentunya ini menjadi info yang baik bagi kami. Mahasiswa yang berdomisili di Kampus Parang Tambung. Tidak perlu menarik kocek. Mengeluarkan uang receh untuk biaya pete-pete atau beli BBM di pom bensin pojok jalan Dg. Tata Raya. Asyik. Pemindahannya mulai pekan lalu, namun baru pekan ini -Rabu tanggal 28 November 2012- sempat masuk kuliah. Karena kabar simpang siur masalah perkuliahan hari sabtu –tanggal 24 November 2012-, akhirnya waktu perkuliahan tetap hari rabu waktu yang sama. Ba’da dhuhur. Siang-siang. Panas. Keringat. Lapar. Belum breakfast. Belum lunch. (Sepertinya memang saya yang malas makan. Akhirnya penyakit maag tidak hilang-hilang, malah tambah menjadi-jadi di perut ku yang kempes kering kerontang. Laparlah intinya.)
Sedikit keuntungan karena ruang yang digunakan adalah ruang “eksklusif” milik Prodi Business English, katanya. Namun menyebutnya “eksklusif”, itu pun dengan perbandingan terhadap reruang yang ada di sebaris gedung DH. Bukan eksklusif standar hotel. Clarion pula. Standar mahasiswa, teman. Ruang “ternyaman” yang pernah dirasai di ruang DH.
Sedikit lucu. Setelah mengembara di dunia KKN. Seharusnya aku semakin giat untuk mengurus tugas akhirku. Thesis. Skripsi kata orang Indonesia. Namun ternyata jauh panggang dari api. Ataukah “jauh asap dari apai?” Aku malah sibuk dengan urusan lain. Cuek bebek kepada Usulan Judul. Konsultasi Proposal Penelitian. Ikut ITP. Test TOEFL. Seminar Proposal. Penelitian. Seminar hasil. Ujian akhir. Ujian meja. Wisuda. Foto-foto. LanjutKerja. Nikah. Punya anak. Beli Rumah, dan lain sebagainya. Jauh. Sungguh jauh. Jauh dari semua harapan-harapan dan cita-cita masa lalu. Hehe. Lucu toh?
Seingatku, sepulang dari tempat KKN, baru 3 kali aku menyempatkan diri menginjak-injakkan kaki di Fakultas Bahasa dan Sastra. 3 kali. Sekali untuk melepas rindu. Kedua kali karena kebetulan masuk. Tidak tahu ada apa waktu itu. Masuk saja. Jalan-jalan. Dan setelah berpisah selama dua bulan, baru tadi, ketiga kali. Saya sempat menginjakkan lagi langkah kaki ini di rerumputan yang mulai menghijau. Menyusuri pinggiran jalan mantan lapangan sepak bola yang sering kami gunakan dulu. Kala masih bagus untuk dipakai. Menyusuri jalan setapak yang memisah dengan tempat teman-teman di Bestra. Merasai kembali semangat muda kala waktu perdana sekali aku memasuki kampus dengan perasaan lega. Nikmatnya. Senang bukan main. Karena keterpaksaan, Terpaksa punya kata kuliah di Fakuultas ini, aku berhasil meredam rindu kepadanya. FBS.
Matahari bersinar dengan cantiknnya, cahayanya membelai indah dedaunan. Pepohon bergoyang menyambut kedatanganku. Awan menutupi sehasta demi sehasta jalan yang dilewati. Si manis awan sengaja mengiringku ataukah kebetulan lewat di jalan yang sama, entahlah. Aku bahagia. Ada yang berbeda. Sangat berbeda. 3 tahun yang lalu.

Di tiga tahun yang lalu. Di jalan yang sama. Di waktu yang berbeda. Ketika mentari merekahkan cahayanya. Ketika beburung dengan elok menyiulkan, syahdu. Kala kembang tersenyum segar sesenti. Perjalanan kuliah sebagai mahasiswa, ku mulai hari ini. Tidak ada kenalan. Tidak ada kawanan. Di kelaslah. Barulah di kelas. Meski tidak terlalu akrab. Aku menganggap mereka teman. Meski pun aku duduk di pojok kapal yang megah.


Barulah kini, ketika tidak ada lagi wajah-wajah mereka. Rindu nian aku kepada teman-teman kelasku. Aku baru sadar. Baru sadar kalau ternyata mereka pernah ada. Baru sadar kalau ternyata aku merindu mereka. Baru sadar ternyata mereka pun pernah menulis kisah-kisah di sekeping hati ku. Pernah bersama selama 3 tahun. Hanya tiga tahun. Sungguh bernarlah perkataan orang. “Rindu barulah terasa ketika yang dikasihi jauh dari kita.” Aduhai, syahdunya.

Sekarang, begitu bertebaran wajah-wajah baru. Unik. Lucu. Imut. Menjengkelkan. Menyebalkan. dan berbagai raut wajah yang ku temukan. Melihat sekilas. Tidak memandang.
Aku nyengir saja melewati punggung gedung DA, gedung Fakultas. Menyusuri Gazebo LL. Menjalani lorong DB, dan melangkahkan kaki mendaki anak tangga gedung Jurusan. Mungkin di sana ada info yang jelas tentang perkuliahan ini hari?  ICT?
Rindu tetaplah rindu. Jangan berharap besar terhadap rasa yang mencoba untuk menguasai hati, sebab kan sakitlah yang datang merajai. Mengganti tawa dengan sedih. Mengganti bahagia dengan kemurungan. Cemberut mengganti senyuman.
ICT belum masuk. Berbicara dengan “Ade”(nama teman).  Sedikit cerita tentang teman yang mendapat musibah.
ICT berlalu. Kerinduan berlalu. Terobati. Namun ada sedikit kekecewaan yang menyelimuti. Dan mulai sadar. Sedikit sadar. Ternyata PERAHU itu telah karam dan KAPAL pun tenggelam sebelum sampai di DERMAGA. Aku diam sejenak. Meski berpisah, tetap ada “Serine” dan “Kembang Api” yang bisa dipakai. Digunakan untuk saling berkomunikasi. Seperti Film TITANIC dulu. Ketika kapal menuju tenggelam. Mungkin masih ada yang ingin saling membantu, saling meminta tolong.
Biarlah kapal karam. Biarlah perahu tenggelam. Namun satu janji baru. Antara Anda, Saya, dan Mereka. Kita semua, “SAMPAI JUMPA DI DERMAGA”.