A : “Iya, ada”
I : “Tapi, kok saya kayak tidak percaya
yah?”
A : “Itu sih urusan lho.”
****
A : “Iya, afwan akh”
I : “Apa yang perlu dimaafkan?”
A : “Tidak tahu, apa yah”
I : “Huh, aneh.”
A : “He,
aneh yah? Hehe.”
Apakah anda pernah
mendapatkan contoh kasus seperti diatas? Atau percakapan entah lewat sms atau
pesan lainnya. Atau mungkin juga pembicaraan langsung maupun lewat telepon? Ah,
ngaku aja, pernah kan? (nggak nuduh, lho, Cuma memastikan aja)
Satu kata, ENJEL (Endak
JELas)!
Mungkin ada yang berfikir
bahwa percakapan di atas dilakukan oleh laki-laki dan wanita, bukan? Tetapi
saya katakan bahwa itu tidak dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, melainkan
ikhwah dan akhwat!
“Oh, my God! Apa benar itu
percakapan ikhwa dan akhwat? Terrible
banget sih?”
Ah, nyantai aja lagi nanggapinnya,
wong antum-antum sekalian mungkin
sudah pada tahu. Mungkin antum-antum
membuat-buat tuh ekspresi, iyakan?
****
Saudara(i)ku
yang dirahmati oleh Allah.
Kami tidak punya kapasitas untuk mengajari antum sekalian, tidak pula untuk
menasihati, melainkan niat kami hanyalah untuk saling mengingatkan sebab barang
tentulah antum lebih cerdas dan
banyak liqo’ dari pada kami, namun itulah seorang muslim atas muslim lainnya.
Saling mengingatkan karenanya ia juga merupakan perintah Allah, Rabbul alamin. Dalam
Al Quran Surah adz Dzariyat, Allah Ta’ala
menyebutkan kepada kita,
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu
bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.”
Sudah pada
hafal kan ayat ini? Kan? Iya, namanya juga aktivis, mesti banyak hafal dalil
untuk memperkuat hujjah, asal jangan hujjah-hujjjah tersebut menjadi pemberat
timbangan kebutukan kita serta menjadi tumpukan dosa yang terus berkepanjangan.
Ne?
Daijobu desu, alias nggak apa-apa, ingat, kami
tidak mengajari maupun menasihati, Cuma saling mengingatkan saja, sebab
tentunya kita sudah tahu semua bukan?
Saudara(i) yang semoga
dirahmati oleh Allah, mari kita ingat kembali materi-materi liqo’ kita, apa
yang pernah dulu disampaikan oleh murobbi
dan murobbiyah kita, apa yang pernah
dulu, mungkin dulu sekali, kepada kita untuk senantiasa berupaya untuk
menjauhi. Bukankah itu hubungan, interksi, gesekan, ah apalah namanya, antara ikhwa dan akhwat?
Sudah ingat?
Nah, kalau sudah ingat, mari
kita merenung sejenak. Susurilah jalan yang telah kita lalui saat ini. Apakah
ada atau minimal kemarin pernah ada ucapan tersebut yang sampai hari ini belum
sama sekali kita sesali mengapa terjadi hal seperti itu? Mengapa seakan tidak
ada batas pergaulan antara aktivis ikhwan
dan akhwat? Dikemanakan materi
tarbiyah kita?
Saudara(i)ku. Pernah tidak
kita mengikuti materi-materi fitnah sperti ini? Pernahkan? Iya kan? Bukankah
memang kita selalu saja senantiasa terus (boros kata yah?) tertarik dengan
tema-teman seperti ini? CINTA!
Ada bedah buku dengan tema,
“Mama Izinkan Aku Jatuh Cinta”lah,
ada pula judul buku laris, “Prahara Cinta”,
dekat-dekat ini juga akan ada lagi dan lagi dengan pembedah oleh penulis buku
sendiri, “Sandiwara Langit.”
Pernah pula ada daurah, “1/2 Hari Memaknai Cinta, Dalam Taman
Orang-Orang Jatuh Cinta” wuih, aware
desu (mengagumkan). Pernah juga dengan tema, “Ketika Aktivis Jatuh Cinta” ckckck...
Tidak kalah pula dengan
buku-buku yang beragam jenisnya, “Aku
Ingin Menikah, Sekarang Juga” “Mujahadah
Cinta Sepasang Kekasih”. Pernah pula populer sebuah buku dengan judul, “NPSP” apa tuh? Masa tidak tahu? Itu tuh karya Salim A. Fillah, “Nikmat Pacaran Setelah Pernikahan”
Kita kita yang hadir dalam
daurah, bedah buku, dan sempat membaca buku-buku seperti itu, apa sih yang bisa
kita petik dari pelajaran yang dibawakan dan disuguhkan tersebut?
Hmn.... CINTA? KISAH? CERITA?
PRAHARA?.... Hmn.. sepertinya antum-antum
tidak menjadi pendengan dan penbaca yang cerdas, nih?
Tapi sadar atau tidak,
buku-buku dan daurah tersebut tentunya selalu dan selalu saja mengingatkan kita
akan bahaya sebuah hubungan tanpa status yang tejadi antara ikhwa dan akhwat (laki-laki dan wanita). Hmn.. baru nyadar yah? Atau memang
pura-pura lupa? Atau sengaja melupakannya? Hmn... hati-hati...
Saudara(i)ku, ulasan di atas
skali lagi tidak untuk mengajari dan menasihati, namun untuk mengingatkan,
kalau-kalau ada materi tarbiyah, daurah dan buku yang mungkin telupakan karena
lelahnya dalam jalan yang penjang ini! Teriring doa, Akromakumullahu!
0 comments:
Post a Comment