Jilbab warna
warni
Wish, keren juga yah judulnya? Hmn, kayaknya sudah ada yang langsung
“gerah” nih? Eits, Tunggu dulu teman, jangan langsung tumbuh tanduk dulu,
utamanya anda muslimah-muslimah.
Catatan ini tidak akan merendahkan kedudukan dari anda-anda, malah
diharapkan dapat memberikan sedikit masukan bagi anda-anda sekalian supaya
dapat memperbaiki diri.
Saudara(i)iku yang semoga dirahmati oleh Allah, merupakan sebuah
kebahagiaan bagi kita yang memiliki ghirah yang besar terhadap Islam ini, melihat
semakin menjamurnya muslimah-muslimah yang mengenakan pakaian yang menutup
aurat yang kita sebut dengan jilbab atau hijab. Bukan jilbab yang kata “orang”
(kaina yang membungkus kepala, dililit-lilit, ataupun kain yang hanya sampai di
leher saja), tapi jilbab ala aktivis dakwah, paling minimal yang menutupi
sampai ke dada dan melabuhkan pakaian yang tidak ketat keseluruh tubuh.
Saudara(i)ku yang berbahagia. Kesadaran akan pentingnya hijab dan pemahaman
yang baik tentang wajibnya perintah untuk melabuhkan pakaian ke seluruh tubuh
sebagaimana dalam al Quran Allah sebutkan, “Hai
Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena
itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”
(QS. Al Ahzab: 59) sangat jelas dan gamblang dan rasulullah pun telah
menyebutkan batasan aurat bagi perempuan. Sehingga sekali lagi, kita tidak
berbicara tentang “jilbab” bunuh diri ala model-model masa kini, tetapi jilbab
yang betul-betul menutup aurat dan perhiasan perempuan.
Saudaraku, sangat disayangkan, pemahaman terhadap jilbab oleh sebagian
aktivis dakwah muslimah (kita sebut akhwat) tidak mereka pelajari secara
mendalam dan komplek. Sebab mesti kita pahami bahwa aurat itu tidak sekedar
ditutp saja. Tidak hanya sekedar menyembunyikan lekuk tubuh, tetapi jauh dari
itu, Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan muslimah untuk tidak mengikuti
budaya jahiliah diantaranya berhias dalam berpakaian. Allah subhanahu wa ta’ala
menyebutkan pula dalam al Quran, “Katakanlah kepada wanita yang
beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya,...” (QS. An Nuur: 31) tapi apakah lantas kita menyimpulkan bahwa
kain jilbab hanya sampai ke dada sebagaimana dalam al Quran tanpa penjelasan
hadits dan contoh dari para ummahatul mukminin? Tentu kita katakan bahwa
pemahaman tentang hal tersebut haruslan sesuai dengan apa yang difahami oleh
generasi awal ummat islam ini. “dan hendaklah kamu tetap di rumahmu[1215] dan janganlah kamu berhias
dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu[1216] dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bai dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya.” (QS.Al Ahzab : 33) bukan sekedar ‘BAGAIMANA’ berpakaian itu, tetapi ‘KENAPA’.
Tapi bukan itu yang kita ingin bahas di sini, tapi
tentang pemilihan warna jilbab yang digunakan oleh sebagian akhwat aktivis
dakwah. Lanjutan ayat tersebut di atas, “Dan janganlah mereka memukulkan
kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” .larangan untuk memukulkan
kaki agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan melipu semua hal yang
dapat menyebabkan laki-laki terfitnah oleh keadaan wanita tersebut.
Saudariku, ketahuilah bahwa warna pakaian yang
engkau kenakan sangatlah berpengaruh terhadap pandangan lelaki kepadamu, bisa
jadi negkau menganggap bahwa sudah menutp aurat, namun ternyata di sisi lain
engkau memperlihatkan perhiasanmu yang lain. Buat apa negkau kenakan jilbab
warna-warni itu? Hari ini merah, esok engkau gunakan warna kuning. Selepas itu
engkau ambil jilbab motif kotak-kotak mu. Tak tanggung, tanggung, engkau pun
berani untuk membeli jilbab sedada yang bermotif bunga-bunga itu. Apa kira-kira
maksud engkau menggunkannya? Apakah agar tetap tampak elegan? Agar nampak
indah? Bukankan sudah kita katakan bahwa jilbab itu untuk melindunginmu?
Menjagamu dari ganguan mata-mata yang khianat?
Saudaraiku, kenapa tak kau kenakan jilbab hitam
polosmu? Yang engkau julurkan sampai ke pinggangmu. Yang sempurna menutupi
dadamu? Jika sesekali angin bertiup kencang, maka tak semudah itu ia akan
tersibakkan. Wahai muslimah yang engkau sebut dirimu sebagai aktivis yang
menutup aurat namun menggunakan jalbab warna- warnimu, dengarkanlah tuturan seorang
pemuda yang mengagumi muslimah yang menutupa auratnya denga baik.
R: “Kenapa sih jilbab akhwat sekarang
berwarna warni? Padahal mereka kan lebih bagus kalau menggunakan jilbab lebar
warna hitam?”
E: “Ih, itu akhwat-akhwat ‘menggoda’ saja,
kenapa mesti berwarna-warni jilbabnya?”
M: “Susah rasanya menjaga pandangan kalau
begitu jilbabnya, karena ‘keren-keren’ motif jilbabnya.”
Saudaraiku, ini hanya sebagian kecil dari ungkapan
mereka. Masih tersebar luas ucapan-ucapan yang serupa dengan itu. Saudaraiku,
jagalah dirimu, agar tidak menjadi asbab fitnah bagi muslim yang telah mencoba
menundukkan pandangan. Tak usahlah kau mencoba ‘mengindahkan’ diri di
luar rumah. Toh engkau (in syaAllah akan) punya sesorang yang akan engkau
persembahkan kecantikan itu padanya. Seseorang yang jika ia menatapa mu akan
mendatangkan pahala bagi kalian berdua, seseorang yang pujiannya tidak mendatangkan
fitnah dan nokta hitam pada hati.
Pada akhirnya, kami pun meminta, kembalilah kepada
fitrahmu, kenakanlah pakaian gelapmu, tak usahlah engkau pedulikan
orang-orang”. Dan jika engkau memang diberikan kemudahan, maka sempurnakanlah
hijabmu. Kenakanlah kain penutup untuk wajahmu. Agar semakin sedikit jalan bagi
syaithan untuk menjerumuskanmu dan lelaki beriman itu. Kenakanlah cadar.
Sempurnakan ia. Jangan takut dengan cibiran sebagi NINJA.
0 comments:
Post a Comment