Social Icons

Pages

Labels

Wednesday, July 21, 2010

Wahai Saudaraku, Sejauh Mana Dakwah Kita?

Bismillah.. Innal hamdalillah, wassalatu wassalam ala rasulillahi sallallahu alaihi wa sallam.

Ikhwa yg sama berbagaia. Sengaja kami menuliskan surat ini untuk antum perihal pengembangan dakwah dan upgrade pengurusan kita 09 di kampus FBS. Telah berlalu waktu setahun semenjak kita masuk dan mengenal dakwah, tapi sudah sejauh manakah pergerakan yang kita lakukan untuk kekayaan islam?

Saudaraku, kita dpt melihat realitas yg trjadi di kampus kita, ditubuh kepengurusan kita. Sudahkah kita berdakwah untuk pribadi kita kemudian ingin brgerak keluar memprbaiki manusia? Sadarkah kita ikhwa, perhatikanlah, kebanyakan dari kita adlh org2 yg hebat, super, dgn brjuta potensi, namun kemana potensi2 itu? Diantara kita ada yg dpt menulis, sastra dan sejenisnya. Ada yg sebetulnya mampu membuat agenda/acara besar (pemikir dan pengkritik ulung), diantara kita ada yg mampu keluar kesana kemari, ada yg mampu melobi, ada pemberi fatwa, ada yg mampu ... dll. Tetapi kemana potensi itu pergi.? Itulah yg menjadi penyakit pertama kita.

Yg kedua, terlihat jelas dalam kepengurusan kita, bahwa penyakit malas menjadi kronis kedua setelah ketiadaan harakah/gerakan, yg merupakan keniscayaan pada sebuah lembaga dakwah. potensi2 yg tidak tersalurkan dgn baik. Ikhwa sekalian. Penyakit malas telah bercokol dalam diri kita, menjadikan kita mengubur potensi kita dan ada pula yg menyalahgunakannya. Ketahuilah wahai ikhwa sekalian. Janganlah berharap banyak, jangan berharap kemuliaan jika malas masih ada dalam diri kita. Sebagian ikhwa ketika dipanggil rapat. Mereka menggunakan malas sebagai alasan mereka, pertanyaannya, seperti itukah pejuang dakwah? Wahai saudaraku, kita tidak mungkin menjayakan dakwah kita di kampus ini kalau kita masih bermalas2an.

Penyakit ketiga kita, sejujurnya inilah yang paling parah, yg merupakan komplikasi dari dua penyakit tadi dan penyakit2 lainnya yg tak dpt kami sampaikan disini. Yaitu Keikhlasan.
Setiap amalan tergantung pada niatnya. Maka mari kita melihat niat kita, apakah kita betul2 berdakwah untuk Allah ataukah ada tendensi lain? Ketika kita diberikan kerja2 dakwah, kita selalu mengeluh,
"ah, kenapa mesti saya terus?Kan adaji ikhwa lain." ya itulah ucapan yg selalu terlontar dari mulut2 kita yg menggambarkan ketidak ikhlasan kita dalam dakwah ini. Jikalau memang kita ikhlas maka kita akan berfikir dan berkata bahwa Allah menganugrahkan kpd kita lahan2 anak dan pahala. Biarlah mereka tidak bekerja, biarlah saya yg mengambil semua kesempatan lahan pahala ini. Saudaraku, kita selalu mempertanyakan. Kenapa sih bukan si fulan? Kenapa bukan si dia? Wahai para pejuang, bukankah itu pertanyaan ketidak ikhlasan? Mari menilik niat, apa betul kita bekerja untuk Allah atau untuk org lain. Berikutnya, kita senantiasa merasa berbeda dgn ikhwa di luar lk kita. Agenda mereka adalah agenda dakwah dan dakwah adalah pekerjaan kita, jadi menyukseskan acara dakwah yg disusun ikhwa lain adalah keniscayaan bagi kita untuk menyukseskannya.. Tetapi kita berfikiran. Ah itukan agendanya fulan, ah itukan acaranya fulan.. Kenapa mesti begitu, bukankah dakwah ini menyeluruh.?
Wahai para pejuang, bergeraklah, tepiskan malasmu. Dakwah ini adalah milik kita bersama. Wahai para pejuang, janganlah mengikuti mereka, sesungguhnya mereka menuntunmu kepada keburukan.
Wahai para pejuang, ittaqillaha haitsu maa kunta. Jika mereka bernyanyi, maka diamlah, jika mereka bersantai, maka bergeraklah, jika mereka termenung, maka berfikirlah engkau.. Kita berbeda. Kita tidak sama dengan mereka, insyaALLAH kita adalah pejuang yg dipilih Allah. Terbukti dengan duduknya kita disini dan dgn mulainya kita berfikir untuk kejayaan dakwah kita.. Itukah para peluang, yg kerjanya paling mengolok sesama? Itukah pejuang yg waktunya selalu terbuang percuma, itukah pejuang yg kerjanya menatap dan menatap papan hitam putih? Itukah para pejuang yg kerjanya memukuli diri untuk membuat irama. Itukah para pejuang yg kerjanya hanya bisa turut serta dalam konser2 kelas? Itukah pejuang yg hanya bisa tertawa terbahak dan tidak tahu caranya menangis? Itukah para pejuang yg kerjanya cuma merasa kecewa? Itukah para peluang yg kerjanya bercampur baur laki2 perempuan? Itukah para peluang? Sejujurnya masih banyak pertanyaan yg ingin ku tanyakan kepadamu wahai pejuang. Aku juga ingin bernostalgian tentang ikrar2 kita di masa silam. Aku ingin berjalan lagi denganmu yg pembicaraan kita selalu tentang dakwa. Aku masih ingin menulis lebih banyak lagi wahai para pejuang. Aku masih ingin..Ingin sekali. Tapi aku cukupkan dulu.

Wassalamualaikum ya ansharullah.. Ya jundullah.

0 comments:

Post a Comment