Waktu yang panjang telah berlalu.
Dari masa ke masa, Allah selalu menyiapkan mujaddid untuk agama ini.
Bagi saya, mujaddid itu tidak
hanya dalam skala besar yang dikenal oleh semua ummat semisal Imam Syafi’I,
Ibnu Taimiyah, Muhammad bi Abdul Wahab, Syaikh bin Baz, Syaikh Utsaimin dan
Syaikh Muhammad Nasiruddin Al Albani –rahimahumullah-,
tetapi juga dalam skala kecil yaitu kabupaten atau lebih kecil darinya.
Saudara-saudariku,
Mujaddid itu, sang pembaharu,
boleh jadi adalah kita. Yah, boleh jadi kitalah yang Allah subhanahu wa ta’ala
utus sebagai mujaddid untuk ummat ini. Mungkin tidak dalam skala besar sehingga
kita setenar Umar bin Abdul Aziz –rahimahullah-
yang dengan kepemimpinan beliau, Negara Islam hidup damai, akan tetapi dalam
skala kecil, untuk daerah kita, bone.
Boleh jadi Allah titipkan di
pundak kita, saudara-saudari…
Lihatlah diri kita. Dulu sekali,
sebelum hidayah itu Allah berikan kepada kita. Kejahilan akan agama. Kehidupan
yang begitu bebas. Tetapi kemudian Allah menjadikan kita sebagai salah satu
pejuang di jalannya.
Coba piker baik-baik. Untuk apa
coba Allah memberika hidayah itu kepada kita jikalau bukan untuk menjadi
penyeru kepada kebaikan? Bukankah kita telah mendengarkan begitu banyak ayat
dan hadits tentang keutamaan berdakwah? Bukankah kita pun telah mendengarkan
ceramah-ceramah agama tentang keutamaan berdakwah?
Simaklah ayat berikut…
Dan siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan
dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang Muslim (yang berserah diri)?”
(QS. Fushshilat:33)
Saudaraku, saudariku…
Dari ayat ini saja, begitu banyak
pelajaran yang dapat kita ambil. Cobalah kita mentadabburi ayat-ayat Allah yang
bertebaran. Baik yang kauliyah maupun ayat kauniyah.
Saudaraku, saudariku…
Kadang kala kita ragu akan
kehidupan, sempit sekali rasanya… sebulan kadang kita tak dapat jatah bulanan,
akan tetapi memang itulah dunia bagi kaum muslimin. “Dunia adalah penjara bagi
orang beriman dan surge bagi orang kafir”.
Disamping kebutuhan harian kita
yang sering kali kekurangan, kadang kala Alah menguji kita dengan meminta
materi dari kita untuk perjuangan ini…
Apakah manusia mengira bahwa
mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka
tidak diuji? (QS. Al Ankabut:2)
Saudara-saudariku…
Lebih dari itu, Allah pun
berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman!
Infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami Berikan kepadamu sebelum
datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan dan
tidak ada lagi syafaat. Orang-orang kafir itulah orang yang zalim. (QS. Al Baqarah)
Padahal harta yang kita infaqkan
di jalan Allah terus bertambah, bukankah kita –mungkin- sudah hapal ayat
berikut ini
Dan perumpamaan orang yang
menginfakkan hartanya untuk mencari ridha Allah dan untuk memperteguh jiwa
mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh
hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah- buahan dua kali lipat. Jika hujan
lebat tidak menyiraminya, maka embun (pun memadai). Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan. (QS. Al Baqarah)
Tapi saudara-saudariku… materi
itu bukanlah alasan bagi kita untuk tidak “berjihad” di jalan Allah. Sama
sekali bukan Alasan. Sebab kita bias memberikan tenaga kita untuk berjuang di
jalan Allah, untuk agama Allah.
Saudara-saudariku…
Kita yang tengah berda di lembaga
ini, adalah harapan. Allah tidak pernah salah dalam memilih, maka buktikanlah
bahwa kita memang pantas untuk dipilih oleh Allah dalam perjuangan!
Saudara-saudariku…
Perhatikanlah QS At Taubah agar
kita memiliki semangat berjuang. Diantara ayat yang bias menjadikan kita tetap
semangat yaitu:
Wahai orang-orang yang beriman!
Mengapa apabila dikatakan kepada kamu, “Berangkatlah (untuk berperang) di jalan
Allah,” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu lebih
menyenangi kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan
hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.
(Ayat 38)
Berangkatlah kamu baik dengan
rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu
di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui. (Ayat 41)
Saudara-saudariku… insyaAllah,
kitalah harapan itu. Kitalah Mujaddid itu!
0 comments:
Post a Comment