Ba’da tahmid wa salawat.
Tulisan ini bukan tentang nama seseorang,
yang sering menimbulkan kontroversi ketika ia disebutkan dalam absen-absen
kelas. Sebagaimana jika seorang temanmu bernama Anugrah namun ternyata ia
adalah seorang laki-laki. Bukan juga membahas tentang bagaimana penyebutan kata
ini, apakah e “apel” atau e “pepet”. Namun tulisan ini berisi sedikit
pengalaman dari penulis. Baik sebagai pelaku atau sebagai seorang observer.
Kali ini kita akan membahas tentang rezki.
Dari mana datangnya reski.
Berdasarkan pengalaman yang kami dapati.
Rezki itu datang dari banyak tempat dan pintu. Disebutkan dalam banyak ayat dan
hadits, namun pada kesempatan ini kami mencoba untuk menuliskan hanya yang bersumber dari al Quran.
Dari mana datangnya rezki?
Sadar atau tidak, bahwa sebagai seorang
aktivis dakwah, terkadang kita memegang uang yang melimpah, entahkah dari orang
tua, sanak family, atau dari usaha kecil-kecilan (yang terkadang kita
tidak prediksi akan menghasilkan uang sebanyak itu). Apa kuncinya? Yah, sebagai
seorang yang sedikit memahami dakwah ini, tentunya kita selelu mengembalikannya
kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
1. Reski itu berasal dari Iman dan Taqwa.
Allah subhanahu wata’ala menjelaskan dalam
ayat dibawah ini bagai mana kekuatan iman dan taqwa itu mempengaruhi reski
(rahmat) bagi suatu kaum.
(Al A’raaf ayat 96)
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,….”
(Saba’ ayat 39)
“Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa
yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa
yang dikehendaki-Nya)." Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka
Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.”
Implementasi dari iman dan taqwa begitu
luar biasa. Mempengaruhi segala bidang dan sendi kehidupan. Kata لفتحنا عليهم بركت من
السماء و الارض. Merupakan keumuman nikmat Allah subhanahu
wa ta’ala, bukan hanya terbatas pada rezki saja.
2. Berinfaq
(Al Fajr ayat 16)
“Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia
berkata: “Tuhanku menghinakanku”. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak
yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan
cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil), dan kamu mencintai harta benda
dengan kecintaan yang berlebihan.”
(Al Baqorah ayat 273)
“(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di
jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal
mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara
mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah),
maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.”
Bukankah pada satu kebaikan Allah akan
ganjar dengan sepuluh kebaikan? Secara logika, mungkin mustahil, namun Apa yang
tidak bisa dilakukan oleh Allah, Rabbul ‘alamin?
3. Nikah
An Nuur ayat 32
Dan kawinkanlah orang-orang yang
sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari
hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika
mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Logika sederhananya seperti ini. Seumpama
anda adalah anak kost2an, maka yang dulunya anda butuh 2 rice cooker (pemasak
nasi), namun setelah berkeluarga, anda hanya akan butuh 1 saja, dulunya butuh 2
kasur, sekarang bisa dalam satu kasur dan selimut, dan beberapa hal lainya yang
dulunya butuh 2, sepiring berdua, segelas berdua, namun setelah menjalin
mahligai rumah tangga, maka cukup satu saja, sudah cukup.
Silakah dicoba (dipraktikkan)!!!
0 comments:
Post a Comment