Social Icons

Pages

Labels

Thursday, May 9, 2013

Menggoda?


Siapa yang tidak suka dengan hal yang berkaitan dengan hubungan lelaki dan perempuan? Anda, saya, dan kita semua. Baik laki-laki dan baik perempuan, tidak bisa menampik bahwa jalinan interaksi dengan lawan jenis, bagaimana pun bentuknya: smskah, telponkah, bicara langsungkah, dan segala jenisnya, tentu merupakan hal yang disukai jiwa (baca: syahwat). Tidak ada orang yang membencinya, karena hal tersebut juga merupakan sebuah fitrah manusiawi bagi kita.
Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam al Quran Ali imran ayat 14. Artinya:
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.

Sehingga hal tersebut, oleh kebanyakan manusia dinilai sebagai suatu kewajaran belaka yang tidak memiliki konsekuensi apa-apa. Mau saling berbincang dan bercakap-cakap, mau saling tukar-rukaran nomor HP, mau saling telpon-telponan dipaket malam, sampaipun berpacaran ria, bukan masalah bagi mereka. Toh bukankah kesukaan dan cinta kepada lawan jenis adalah firtah manusia?

Mungkin anda setuju jika dikatakan bahwa seorang lelaki mencintai seorang wanita? Atau sebaliknya seorang wanita menyukai laki-laki? Lho, itukan fitrah?


Seperti yang kami paparkan sebelumnya bahwa tidak dapat ditampik bahwa hal tersebut mestilah disukai, terlebih bagi mereka yang memang tidak faham dengan perkara interaksi laki-laki dan perempuan. Namun patut disayangkan, bagaimana jika interaksi yang tidak wajar tersebut terjadi dikalangan laki-laki dan wanita yang notabene telah mendapatkan materi ketidakbolehan hal tersebut? Tentunya kita akan prihatin dengan kenyataan ini.

Meskipun kita tidak mengharamkan secara mutlak interaksi antara lelaki dan perempuan, namun ada koridor dan syarat-syarat yang harus terpenuhi sehingga interaksi tersebut dapat kita kategorikan interaksi yang “sehat”.

Pada kesempatan ini kami hanya ingin sedikit bercerita tentang pengalaman yang terjadi disekeliling kami. Yang datang dari pandangan subjektif kami. Catatan ini tidak bermaksud untuk men-judge suatu golongan tertentu, namun hal ini sesungguhnya diharapkan dapat memberikan sedikit pelajaran bagi kita. Sebagai informasi yang bermanfaat yang keseuanya itu dapat menjadi ilmu yang bermanfaat sebagi pemberat timbangan kebaikan kita di sisi Allah Ta’ala.

Di suatu daerah di sudut kota M, terdapat sebuah kampus negeri yang memuat berbagai kalangan mahasiswa, dari mahasiswa “buruk” sampai mahasiswa “baik”. Aktivitas kuliahan yang dilaksanakan dari senin sampai jumat tidak menjadikan kampus akan lengang di kala sabtu dan ahad, karena pada waktu tersebut tidak jarang akan diisi dengan berbagai kegiatan-kegiatan kemahasiswaan, dari kegiatan “baik-baik” sampai kegiatan “buruk-buruk”.

Tidak jarang, hari-hari tersebut dipenuhi dengan liqo-liqo untuk memperdalam ilmu agama yang tidak didapati dapat mengobati dahaga terhadap ilmu islam yang begitu kompleks ini. Sehingga tak jarang mereka memberikan gelar hari sabtu tersebut dengan hari liqo’ sedunia. Atau hari ahad tersebut dengan hari daurah sedunia. Pantas memang, karena tidak jarang, hampir tiap bulan dilaksanakan kegiatan-kegiatan daurah yang mengundang pemateri-pemateri alumni luar negeri.

Tapi bukan aktivitas itu yang akan kita bicarakan. Ada yang lain. Di sebuah kompleks perumahan yang tidak jauh dari kampus tersebut, kurang lebih 400 meter. Di sudut-sudut lorong komplek perumahan tersebut berderi tegak rumah rumah yang dijadikan sebagai tempat kost-kostan bagi mahasiswa yang berasal dari luar daerah. Dari kota B, kota P, kota P lagi, kota B lagi, kota S, sampai kota W. Kost-kostan yang ada dikompleks tentunya bukan hanya dibuat dan disewakan untuk perempuan saja, namun tentunya ada juga kost-kostan khusus laki-laki.

Nah, kebetulan sekali, sebuah kost-kostan putri di daerah tersebut berdiri pula sebuah kost-kostan laki-laki, pas berhadapan, sehingga penghuni kost PI mau tidak mau akan berpapasan dengan penghuni kost PA yang ada di depannya dikala hendak menuju ke kampus yang sama.

Yah, alur kisah ini mudah ditebak. Akhirnya, karena sering saling melihat antar penghuni, maka entah siapa yang memulai, mereka menjalin interaksi. Tidak tanggung-tanggung, intekasi tersebut melibatkan mahasiswa-mahasiswa yang sering ikut “kajian” di kampus. Entah sudah berapa lama, inteaksi tersebut membentuk sebuah keakraban antar penghuninya (meski tidak semua penghuni ikut-ikutan, masih ada yang kokokh dengan prinsipnya. TIDAK BOLEH! Titik!) saling menyapa. Saling bercanda, saling.......dll sebagainya.

Bukan hanya anda, tapi saya juga berfikir sama, kok bisa?
Bisa saja, toh mereka manusia, punya salah dan punya khilaf. Yang mereka pun punya hati yang mengikat fitrah, bahwa laki-laki tentram bersama dengan wanita.

Sekali lagi, catatan ini bukan untuk mencela, namun memberikan nasihat kepada kita semua dan juga diambil pelajaran darinya.

Berikut cuplikan kalimat yang sempat kami dengarkan dari hasil wawancara terhadap salah seorang penghuninya.
“Kan sore-sore S keluar di teras duduk-duduk, terus ada tong disitu A duduk-duduk di teras rumahnya. Naliatki S makan, terus itu A, masa nateriaki S terus bilang i, dia duduk, berteriak, membicarai tetangganya. ‘Ih, nda puasaki? Inikan hari senin?’ dan seterusnya...

“Tidaklah aku tinggalkan suatu fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada (fitnah) wanita. Hai-hatilah terhadap dunia dan wanita, sesungguhnya bencana pertama yang menimpa bani Israil adalah dari wanita” (HR. Muslim)

Senin, 7 Januari 2013. Tim Reporter P554.
Abu Hafshah M.A.

1 comments:

  1. I have read, listened and so I thank you because I love. may be useful

    ReplyDelete