Social Icons

Pages

Labels

Thursday, April 3, 2014

Catatan di Maret Sepi



 
Telah berlalu malam malam yang panjang tanpa tulisan. Malam ini kuputuskan untuk kembali menulis. Ku berpikir untuk menulis segala hal yang terlintas dalam benak dan pikiran. Meski mungkin akan aneh terbaca, namun semoga memiliki sedikit nilai yang dapat dipetik menfaat di dalamnya.

Kita berbicara sedikit tentang UKHUWAH. Tentang persaudaraan kita dalam keIslaman. Risalah singkat ini semoga dapat kita baca dan pahami. Dahulukan prasangka baik. Jauhkan prasangka buruk. Tulisan ini dibuat tidak untuk memojokkan suatu ‘kaum’, tidak pula bermaksud untuk memuliakan suatu ‘kaum’.

Berangkat dari sebuah pesan dari Rasulullah Sallallahu Alaihi wa sallam, “Agama adalah nasihat…”
 
Saudaraku, kita akan memulai dari HATI.

Berbicara tentang hati, maka sepertinya kita akan berbicara tentang perasaan. Marah, senang, sedih, kecewa, bahagia, gunda, galau, suka, duka, nestapa, dan lain sebagainya. Wah masih sedikit ketimbang perasaan yang mungkin muncul dari hati.

Sesungguhnya Engkau tahu,
bahwa hati ini tlah berpadu
berhimpun dalam naungan cinta-Mu

Maaf sedikit bernasyid, lantaran bait syairnya begitu indah, kawan.

Mari kita sedikit bertanya pada hati kita, adakah ia telah berpadu dalam naungan cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala? Sudahkah prasangka buruk kepada saudara tersingkir jauh ke angkasa? Adakah prasangka baik selalu menyelimuti hati yang meski kadang dibuat kecewa?
Tanyakan pada hati mu, kawan.

Tak mampu tangan ini menuliskan banyak kalimat dari rangka kata.
Nasihat mulia dari Rasul kita yang maknanya, “Seorang muslim itu adalah ketika saudaranya aman dari lisan dan tangannya”

Saudaraku, jika kita menganggap diri kita sebagai Muslim yang benar, maka saudara kita akan aman dari lisan dan tangan kita. Pertanyaanya, “Apakah ghibah sudahlah jauh dari lisan kita? Sehingga saudara kita aman darinya? Bukankah Rabb semesta alam telah memperumpamakan orang yang menghibah saudaranya layaknya memakan bangkai saudaranya sendiri? Maukah kita dianggap sebagai seorang ‘kanibal’?

Saudaraku, perhatikanlah tangan dan anggota fisik kita, sudahakah saudara kita merasa aman dari tangan dan kaki kita? Kala pukulan mungkin saja terabang melayang mengenai wajah indahnya? Ataukah kaki kita telah terangkat menendangi sekujur tubuh saudar kita?

Saudaraku, UKHUWAH itu. Terbentuk kala lisan itu mengucap canda yang tak berlebih. Kala tangan kita menepuk pundak saudara bukan untuk memukulnya, melainkan untuk mengatakan, “Akhi, aku bangga padamu!”. Kaki kita tidaklah untuk menendangnya, melainkan untuk melangkah bersamanya di jalan dakwah yang dipenuhi dengan batu terjal yang menghadang. Kadang saudara kita tertusuk duri yang begitu tajam, maka kaki kitalah sebagai penopangnya. Mungkin saudara kuta lelah berjalan, maka kaki kitalah yang mampu mengangkat beban, menggendongnya, kemudian berlari sekencangnya agar dapat sampai bersama.

Saudaraku, ukhuwah itu. Kala hati kita berpadu dalam naungan cinta-Nya. Kala malam hari saling bahu tuk memasang spanduk kegiatan kita. Jika pagi hari duduk bersama menikmati suduhan teh dan kue yang dibeli di Jl. Alauddin II, entah itu tarajju, jalangkote, panada, donat, atau yang lain sebagainya. Pada saat siang hari bersama-sama berangkat untuk jaulah di Fakultas kita, mencari teman-teman baru untuk diajak Tarbiyah. Atau pada sore hari bersama dengan teman yang lainnya untuk ikut kajian selasa sore, mendengarkan lanjutan ceramah dan nasihat tentang Walimah. Wah.wah.wah…

Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah Mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah Menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah Menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran : 103)
 Berukhuwahlah! Jangan berpecah belah!

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu seperti orang-orang kafir yang mengatakan kepada saudara- saudaranya apabila mereka mengadakan perjalanan di bumi atau berperang, “Sekiranya mereka tetap bersama kita, tentulah mereka tidak mati dan tidak terbunuh.” (Dengan perkataan) yang demikian itu, karena Allah hendak Menimbulkan rasa penyesalan di hati mereka. Allah Menghidupkan dan Mematikan, dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali Imran : 156)
Berukhuwahlah! Jangan saling melemahkan!

Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi. (QS. Al Maidah: 30)
Berukhuwahlah! Jangan saling menyusahkan! Sampai terjadi pertumpahan darah yang tidak diinginkan!

0 comments:

Post a Comment