Telah berlalu malam malam yang panjang tanpa
tulisan. Malam ini kuputuskan untuk kembali menulis. Ku berpikir untuk menulis
segala hal yang terlintas dalam benak dan pikiran. Meski mungkin akan aneh
terbaca, namun semoga memiliki sedikit nilai yang dapat dipetik menfaat di
dalamnya.
Kita berbicara sedikit tentang UKHUWAH.
Tentang persaudaraan kita dalam keIslaman. Risalah singkat ini
semoga dapat kita baca dan pahami. Dahulukan prasangka baik. Jauhkan prasangka
buruk. Tulisan ini dibuat tidak untuk memojokkan suatu ‘kaum’, tidak pula
bermaksud untuk memuliakan suatu ‘kaum’.
Berangkat dari sebuah pesan dari Rasulullah Sallallahu
Alaihi wa sallam, “Agama adalah nasihat…”
Saudaraku, kita akan memulai dari HATI.
Berbicara tentang hati, maka sepertinya kita
akan berbicara tentang perasaan. Marah, senang, sedih, kecewa, bahagia, gunda,
galau, suka, duka, nestapa, dan lain sebagainya. Wah masih sedikit ketimbang
perasaan yang mungkin muncul dari hati.
Sesungguhnya
Engkau tahu,
bahwa hati
ini tlah berpadu
berhimpun dalam naungan cinta-Mu
Maaf sedikit bernasyid, lantaran bait
syairnya begitu indah, kawan.
Mari kita sedikit bertanya pada hati kita,
adakah ia telah berpadu dalam naungan cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala?
Sudahkah prasangka buruk kepada saudara tersingkir jauh ke angkasa? Adakah
prasangka baik selalu menyelimuti hati yang meski kadang dibuat kecewa?
Tanyakan pada hati mu, kawan.
Tak mampu tangan ini menuliskan banyak
kalimat dari rangka kata.
Nasihat mulia dari Rasul kita yang
maknanya, “Seorang muslim itu adalah ketika saudaranya aman dari lisan
dan tangannya”
Saudaraku, jika kita menganggap diri kita
sebagai Muslim yang benar, maka saudara kita akan aman dari lisan
dan tangan kita. Pertanyaanya, “Apakah ghibah sudahlah jauh dari
lisan kita? Sehingga saudara kita aman darinya? Bukankah Rabb semesta
alam telah memperumpamakan orang yang menghibah saudaranya layaknya memakan
bangkai saudaranya sendiri? Maukah kita dianggap sebagai seorang ‘kanibal’?
Saudaraku, perhatikanlah tangan dan anggota
fisik kita, sudahakah saudara kita merasa aman dari tangan dan kaki kita? Kala
pukulan mungkin saja terabang melayang mengenai wajah indahnya? Ataukah kaki
kita telah terangkat menendangi sekujur tubuh saudar kita?
Saudaraku, UKHUWAH itu. Terbentuk kala
lisan itu mengucap canda yang tak berlebih. Kala tangan kita menepuk pundak
saudara bukan untuk memukulnya, melainkan untuk mengatakan, “Akhi, aku
bangga padamu!”. Kaki kita tidaklah untuk menendangnya, melainkan untuk
melangkah bersamanya di jalan dakwah yang dipenuhi dengan batu terjal yang
menghadang. Kadang saudara kita tertusuk duri yang begitu tajam, maka kaki
kitalah sebagai penopangnya. Mungkin saudara kuta lelah berjalan, maka kaki
kitalah yang mampu mengangkat beban, menggendongnya, kemudian berlari sekencangnya
agar dapat sampai bersama.
Saudaraku, ukhuwah itu. Kala hati kita
berpadu dalam naungan cinta-Nya. Kala malam hari saling bahu tuk memasang
spanduk kegiatan kita. Jika pagi hari duduk bersama menikmati suduhan teh dan
kue yang dibeli di Jl. Alauddin II, entah itu tarajju, jalangkote,
panada, donat, atau yang lain sebagainya. Pada saat siang hari bersama-sama
berangkat untuk jaulah di Fakultas kita, mencari teman-teman baru untuk diajak Tarbiyah.
Atau pada sore hari bersama dengan teman yang lainnya untuk ikut kajian selasa
sore, mendengarkan lanjutan ceramah dan nasihat tentang Walimah.
Wah.wah.wah…
Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah
Mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara,
sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
Menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah Menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu
agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran : 103)
Berukhuwahlah! Jangan berpecah belah!
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah
kamu seperti orang-orang kafir yang mengatakan kepada saudara- saudaranya
apabila mereka mengadakan perjalanan di bumi atau berperang, “Sekiranya mereka
tetap bersama kita, tentulah mereka tidak mati dan tidak terbunuh.” (Dengan
perkataan) yang demikian itu, karena Allah hendak Menimbulkan rasa penyesalan
di hati mereka. Allah Menghidupkan dan Mematikan, dan Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan. (QS. Ali Imran : 156)
Berukhuwahlah! Jangan saling melemahkan!
Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk
membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah
dia termasuk orang yang rugi. (QS. Al Maidah: 30)
Berukhuwahlah! Jangan saling menyusahkan!
Sampai terjadi pertumpahan darah yang tidak diinginkan!
0 comments:
Post a Comment