Belumkah datang
waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat
Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah
mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya,
kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi
keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al Hadiid ayat 16)
Saudaraku yang
dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kehidupan kita di dunia ini adalah
perjalanan yang sangat singkat. Ia hanyalah seperti waktu pagi atau sore hari.
Lihatlah waktu
sore, ketika kita tengah pulang dari mencari nafkah. Belum lagi kita sempat
merebahkan tubuh untuk istirahat, maka waktu maghrib telah datang menyapa.
Begitu pula waktu pagi. Baru sejenak kita menjemur diri di bawah hangatnya mentari
pagi, terik sudah duluan memanasi.
Itulah
perumpamaan kehidupan dunia.
Mari kita
merenung baik-baik. Usia kita yang sudah kepala dua, tiga, atau empat, seakan
baru kemarin saja kita menjadi bocah. Segala pengalaman hidup yang telah
terlewat masih teringat dalam diri. Mengingat waktu kita masih bocah TK yang
mengelap ingus dengan lengan kita. Kita pun belum lupa dengan masa SD yang
sangat suka dengan film-film power rangers dan semisalnya. Masuk usia SMP, kita
mulai “mengenal” laki-laki dan perempuan. Seterusnya sampai kita SMA pun masih
terngiang di telinga dengan sebuah bait-bait nyanyian “Tiada masa paling
indah, masa-masa di sekolah, tiada kisah paling indah, kisah kasih di sekolah”
Coba perhatikan,
bukankah kenangan-kenangan itu masih ada di pikiran kita? Bukankah seakan ia
barulah terjadi kemarin sore? Dan pada hari ini, kita telah memiliki “pendamping”
di rumah padahal kemarin-kemarin kita masih semangat untuk cerita-cerita
walimah di sela-sela waktu kuliah? Eh, tau-taunya hari ini kita sudah punya 3
(tiga) orang mujahid dan 2 (dua) orang mujahidah.
Masih ingat
kan, dulu kita masih suka main ular tangga di dalam kelas saat masih jam
sekolah. Main petak umpet di sore setelah beristirahat di siang hari. Eh, tah-taunya
hari ini sudah ada yang jadi menejer sebuah perusahaan di timur tengah, padahal
baru kemarin sore kita main jual-jualan sama-sama.
Saudaraku,
waktu kita di dunia ini memang sangat singkat! Bukan hanya di sisi Allah,
bahkan bagi kita pun masa ini sangat singkat sekali. Tatkala uban sudah
memenuhi hampir setengah dari kepala, mungkin ada yang berpikir dan berdoa, “Ya
Allah, tambahkanlah umur ku walau sebentar saja agar dapat melihat cucu-cucuku
jadi sarjana.” Kita merasa waktu yang ada di dunia tidak cukup untuk
merasakan kenikamatnya.
Pada hari
mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di
dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. (QS. An Nazi’aat ayat 46)
Tak ubahnya
hanya seperti waktu sore atau pagi hari saja. Itulah kehidupan kita di dunia.
Maka, pergunakanlah untuk hal yang bermanfaat. Mempersiapkan bekal untuk negeri
akhirat. Negeri asal kita yang sebenar-benarnya. Negeri yang tidak ada batas
waktu untuk tinggal di dalamnya. Negeri yang Cuma punya dua muara, Surga atau
Neraka!
Saudaraku, rasa
takut dan derita di dunia tidaklah seberapa maka bersabarlah darinya,
bahagianya pun hanyalah sementara maka syukurilah apa yang ada. Jika kita
menganggap siksanya sudah luar biasa, ketahuilah! Agar engkau jangan rugi 2
kali nantinya. Bahwa maksiat yang dilakukan di dunia, akan dibalas dengan siksa
yang lebih keras dari siksa di dunia. Dan nikmat yang engkau dapat di dunia ini
janganlah berbangga atasnya. Syukurilah karunia Allah sebab nikmat akhirat jauh
lebih indah dan mulia.
Dan
sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang
(permulaan). (QS.
Adh Dhuhaa ayat 4)
Berbekallah, dan sebaik-baik bekal adalah Taqwa!
@Masjid Nurul Tarbiyah FIP UNM,
Menanti Seorang Kekasih
0 comments:
Post a Comment