Social Icons

Pages

Labels

Friday, March 23, 2018

Keotentikan Al Qur'an


Salah satu yang sangat dibanggakan umat Islam dari dahulu hingga saat ini adalah keotentikan al-Qur’an yang merupakan warisan Islam terpenting dan paling berharga. Meskipun mushaf yang kita kenal sekarang ini berdasarkan rasm Utsman bin Affan, akan tetapi sebenarnya ia tidak begitu saja muncul sebagai sebuah karya besar yang hampa dari proses panjang yang telah dilalui pada masa-masa sebelumnya.
Setelah Rasulullah Saw wafat, tonggak estafet pemeliharaan al-Qur’an dilanjutkan Abu Bakar al-Siddiq, Umar bin al-Khattab, dan Utsman bin Affan. Upaya-upaya tersebut muncul bersifat reaktif atas kondisi yang dihadapi umat Islam yang dipandang dapat mengancam keutuhan dan keaslian al-Qur’an.
Baca Juga : Inilah Al Qur'an Itu!
Abu Bakar al-Siddiq mengemban tugas pemeliharaan al-Qur’an dengan melakukan penghimpunan naskah-naskah al-Qur’an yang berserakan menjadi satu mushaf. Faktor pendorong usaha penghimpunan tersebut, adanya kekhawatiran hilangnya sesuatu dari al-Qur’an disebabkan banyak para sahabat penghafal al-Qur’an yang gugur di medan perang Yamamah. Perang ini terjadi tahun 12 H antara kelompok Muslim melawan kelompok yang menyatakan diri keluar dari Islam (murtad) di bawah pimpinan Musailamah al-Kazzab. Dalam pertempuran tersebut 70 orang penghafal al-Qur’an gugur[1].
Al-Quran memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu diantaranya adalah bahwa  ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara.inna nahnu nazzalna al- zikra wa innalahu lahafizhun (sesungguhnya kami yang menurunkan Alquran dan kamilah pemelihara- pemeliharaNya) [Qs 15:9]. Demikianlah Allah menjamin keotentikan Al- Quran, jaminan yang diberikan atas dasar ke-Maha Kuasaan dan ke-Mahatahuan-Nya, serta berkat upaya- upaya yang dilakukan oleh makhluk- makhluk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat diatas, setiap muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya  sebagai Al- Quran tidak berbeda sedikitpun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah SAW., dan yang didengar serta dibaca oleh sahabat Nabi Saw.
Pada masa Rasulullah masih hidup, Al-Qur’an dipelihara sedemikian rupa. Ketika menyampaikan wahyu kepada para sahabat, beliau memerintahkan agar sahabat menghafalnya dengan baik, sehingga cara yang paling terkenal untuk memelihara Al-qur’an adalah dengan menghafal. Selain cara menghafal ini, Rasul memerintahkan agar para sahabat yang pandai menulis segera menuliskan ayat-ayat Al-qur’an yang telah dihafal oleh mereka.

0 comments:

Post a Comment